MEMAKNAI HARI VALENTINE DALAM KERANGKA PANDANG ENSIKLIK DEUS CARITAS EST
Fr. Kevin Jose, OSC
Kasih merupakan salah satu dari tiga kebajikan ilahi, yaitu iman, harapan, dan kasih. Dari ketiganya, yang paling besar adalah kasih (1 Kor. 13:13). Kasih juga menjadi dasar bagi setiap orang Kristiani dalam relasinya dengan orang lain. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus memberikan beberapa sifat dari kasih, antara lain sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak mencari keuntungan diri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang, dan lain sebagainya (1 Kor. 13: 4-6). Dari sifat-sifat tersebut, kasih merupakan unsur mendasar dari setiap orang. Kasih juga menjadi salah satu kebutuhan paling mendasar dari setiap orang.
Setiap tahun, pada tanggal 14 Februari kita merayakan Valentine. Hari Valentine juga sering disebut sebagai Hari Kasih Sayang. Sesuai namanya, di hari inilah semua orang, diseluruh penjuru dunia mengungkapkan perasaannya kepada orang yang dikasihinya dengan membeli sebuah hadiah. Hadiah yang paling sering diberikan pada hari Valentine biasanya adalah cokelat. Cokelat sendiri memiliki dua rasa yang paling identik, yaitu manis dan pahit. Dua rasa ini menjadi filosofi bagi cokelat yang identik dengan hari Valentine. Saat orang menjalin kasih dengan orang lain, dua rasa (manis dan pahit) juga muncul dalam relasi kedekatan tersebut. Rasa manis dan pahit dari cokelat, akan terasa sangat lezat, ketika keduanya melebur jadi satu di dalam mulut. Dalam relasi kasih, rasa manis dan pahit juga akan melebur jadi satu dalam kedalaman kasih satu sama lain.
Dalam Ensiklik Deus Caritas Est art. 1 dikatakan ”terutama satu yang paling menonjol: kasih antara lelaki dan perempuan, di mana jiwa dan raga saling terkait secara tak terpisahkan dan tampil kepada manusia janji akan kebahagiaan yang nampak tak dapat di lawan”. Kalimat itu mau menunjukkan bahwa kasih yang paling nyata tampak dalam diri laki-laki dan perempuan yakni saling mencintai. Dalam keluarga, kasih akan ditunjukkan pertama-tama adalah dalam diri suami-isteri sebagai orang tua (ayah dan ibu). Setelah itu, kasih juga ditunjukkan dalam diri anak- anak sebagai kakak dan adik. Kebahagiaan sebagai satu keluarga yang harmonis menunjukkan betapa dalamnya relasi kasih satu sama lain dalam keluarga tersebut. Kasih dalam hal ini dilihat sebagai sesuatu bentuk mencintai paling mendalam. Bahkan dalam Deus Caritas Est art. 12, dikatakan bahwa “Dalam wafat-Nya di salib terwujudlah sikap Allah terhadap diri-Nya sendiri; Ia menganugerahkan diri untuk mengangkat dan menyelamatkan mansuia-kasih dalam bentuk paling radikal”. Petikan artikel tersebut juga ingin menunjukkan kepada kita bahwa sebuah sikap pengorbanan diri yang total dari Yesus Kristus adalah bentuk kasih yang diberikan Allah kepada manusia. Kedatangan-Nya kedunia ini membawa misi dari Bapa untuk menyelamatkan manusia dan mau mengorbankan diri-Nya dengan wafat di kayu salib adalah bentuk pengorbanan paling total sebagai kasih yang paling radikal.
Melalui Deus Caritas Est art. 20 kita diingatkan bahwa “Kasih akan Allah pertama-tama memang tugas setiap orang beriman, tetapi juga tugas bagi seluruh persekutuan gerejawi, pada semua tingkat, dari jemaat setempat melalui Gereja partikular sampai dengan Gereja universal”. Bagaimanapun, kasih kepada Allah menjadi dasar dalam membangun fondasi kehidupan Kristiani. Setelah itu barulah diterapkan dalam mengasihi sesama manusia. Kasih juga menjadi dasar dalam membangun kehidupan gerejawi maupun bermasyarakat. Tanpa kasih kehidupan gerejawi dan masyarakat menjadi kacau
Hari Valentine menjadi kesempatan yang baik bagi kita untuk mengekspresikan kasih kepada orang yang kita kasihi. Bentuk ungkapan kasih tidak hanya diungkapkan melalui pemberian cokelat, bunga, boneka, ataupun barang lainnya. Kata I Love You juga merupakan kata yang sederhana, namun bermakna mendalam. Hal ini terlepas dari masalah gender ataupun peran dalam keluraga. Kata ini ditujukan bagi setiap orang yang mampu saling mengasihi satu sama lain. Terasa sangat menyentuh jika kata ini diungkapkan oleh orang yang sangat mengasihi kita. Kita pun yang menerima ungkapan ini akan tersentuh dengan kata sederhana nan dalam tersebut.
Kasih juga identik dengan kerelaan dan pemberian diri yang total. Dalam Valentine, dua hal ini akan sangat terasa dengan berbagai bentuk hadiah. Baik yang memberi dan yang menerima akan sangat merasakan keduanya. Kerelaan tidak pernah melihat mahal-murah ataupun besar-kecil sesuatu yang menjadi hadiah spesial di hari Valentine. Kerelaan merupakan bentuk pemberian yang tulus dan ikhlas tanpa melihat permukaannya. Pemberian diri yang tak mengenal apapun merupakan kerelaan terdalam yang tampak dalam ungkapan kasih sayang.
Hari Valentine adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan dan mengekspresikan kasih. Tentu, kita mengacu pada Tuhan Yesus Kristus, sang patron kasih yang paling sejati. Kerelaan dan pemberian diri yang tulus ikhlas merupakan pengorbanan yang paling radikal dan tak tergantikan. Ketaatan-Nya pada kehendak Bapa telah mengalahkan egoisme dari diri-Nya yang dapat saja muncul pada saat itu. Itu jugalah yang harus muncul dalam diri kita sebagai pengikut Kristus.
No responses yet