SUMBER-SUMBER SPIRITUALITAS
Anselm Grun menulis buku tentang spiritualitas berbahasa Jerman yang dalam Bahasa Indonesia berjudul Sumber‐Sumber Spiritualitas. Buku ini memiliki 68 halaman dan diterbitkan pada tahun 2005. Setelah membatasi tema spiritualitasnya pada spiritualitas Kristiani, ia menerangkan secara singkat tentang pengertian spiritualitas yang berarti hidup dari Roh Kristus, hidup yang terinspirasi oleh Yesus Kristus. Upaya seseorang agar semakin dipengaruhi oleh Yesus memerlukan usaha untuk menggali sumber‐sumber spiritualitas. Berikut akan dijelaskan masing-masing sumber spiritualitas tersebut.
-
Lectio Divina.
Hal utama untuk menemui Yesus Kristus adalah melalui Kitab Suci. Bapa-bapa Gereja menganggap bahwa seluruh Kitab Suci – juga Perjanjian Lama ‐ berbicara tentang Yesus. Santo Benediktus mewajibkan pengikutnya melakukan Lectio Divina setiap hari selama 3 jam, supaya semakin mengenal Yesus sekaligus juga mengalami suatu proses perubahan karena roh dan karyanya makin terinspirasi oleh kata‐kata Kitab Suci, dan dengan demikian seseorang semakin bersatu dengan Allah. Ada empat tingkat dalam Lectio Divina. Lectio berarti membaca Kitab Suci. Untuk bertemu dengan Allah bukan pertama‐pertama untuk makin mengenal Kitab Suci. Meditatio berarti merenungkan supaya kata‐kata dari kepala turun ke hati. Ia tidak memikirkan kata‐kata, tetapi membiarkan masuk dalam hati dan menikmatinya. Yesus sendiri ada dalam kata‐kata itu. Oratio berarti doa singkat penuh afeksi sebagai ungkapan dari hasil meditatio untuk makin bersatu dengan Kristus. Contemplatio berarti berdoa tanpa kata, mencicipi Tuhan tanpa pikiran, tanpa perasaan, dan bayangan. Contemplatio adalah ‘diam total’. Contemplatio adalah hadiah rahmat Tuhan.
-
Ruminatio – Meditatio ‐ Doa Pribadi.
Ruminatio artinya ‘mengunyah’ kembali kata‐kata suci. Mengikuti teladan Yesus yang menjawab ketika digoda oleh setan: “Telah tertulis…..” sampai 3 kali. Ini adalah praktik mengulang kata mutiara dari Kitab Suci terus menerus untuk menolak pikiran yang tidak baik. Doa: ‘Yesus’ sejak abad keempat makin sering digunakan. Seseorang menghirup nafas sambil menyebut nama Yesus supaya Yesus masuk di hati dan pada saat menghembuskan nafas, cinta Yesus mewarnai segala‐galanya. Dalam abad keempat, Evragius mengajar cara: ‘Jaga pintu’. Saya duduk di kamar, tidak baca, tidak doa, tidak meditasi, tidak pikir apa‐apa, yang ada adalah saya‐dihadapan‐Tuhan. Saya menunggu pikiran apa yang masuk . . . . . . yang baik dikembangkan yang jelek tidak dibiarkan masuk. Kita akan makin mengenal diri pribadi. Doa pribadi harus menjadi pertemuan pribadi dengan Tuhan dan saya dapat mengatakan yang sebenarnya. Baik bagi seseorang untuk menyediakan latihan setengah jam berbicara kepda Tuhan dengan suara nyaring. Jujur dengan diri sendiri adalah bagian dari doa sebagai pertemuan dengan Tuhan.
-
Liturgi
Liturgi adalah salah satu sumber spiritualitas Kristiani yang penting sekali. Bagi banyak umat, sakramen‐sakramen dan terutama Ekaristi menjadi momen untuk bersatu dengan Kristus secara istimewa. Bapa‐bapa Gereja, diantaranya Benediktus dan Augustinus, menekankan bahwa mazmur-mazmur dan kidung‐kidung dalam ibadat harian, mendekatkan kita pada Tuhan secara nyata. Santo Benediktus mengajar bahwa dengan menyanyikan mazmur, kita bergabung dengan para malaikat untuk memuliakan dan mengagungkan Tuhan. Santo Augus tinus mengajar bahwa kita bergabung dengan Yesus dan bersama Dia memuliakan Tuhan dengan bermazmur. Ekaristi memang adalah momen untuk kita bertemu Kristus dengan mendengar kata‐kata‐Nya serta dalam makan dan minum, bersatu dengan Dia. Pengalaman mistik kebanyakan terjadi dalam mengikuti Ekaristi karena dirayakan kematian dan kebangkitan Kristus. Para mistikus menyatu dengan Kristus. Ekaristi juga membawa perubahan, bukan saja roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, tetapi juga kematian menjadi kehidupan dan hidup kita dimurnikan. Persatuan ini menghasilkan spiritualitas.
-
Askese.
Askese sesungguhnya adalah hal positif untuk suatu latihan dan training. Belakangan sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif dan diartikan sebagai suatu bentuk pantangan terhadap kenikmatan hidup. Askese adalah latihan untuk mendapatkan ‘kebebasan intern’. Seseorang memperjuangkan kehidupan dan tidak terbawa nafsu yang bisa menghancurkan atau merugikan kehidupan. Saya belajar berkembang sebagai manusia utuh dengan menguasai dan membatasi diri.
-
Ritual yang menyembuhkan.
Spiritualitas harus ada wujudnya dalam hidup sehari‐hari. Ritual setiap hari juga menunjang spiritualitas. Apabila saya berlutut atau menyalakan lilin, atau membuat tanda salib pada diri atau anak akan memupuk spiritualitas. Berdoa angelus atau melaksanakan novena pada waktu tertentu akan mewarnai hidup. Spiritualitas harus menjadi darah dan daging, harus berwujud seperti ‘Sabda Allah’ menjadi manusia (Incarnatio).
-
Jalan Mistik
Umumnya, mistik dibagi menjadi dua. Mistik ‘Kesatuan’ dan Mistik ‘Kasih’. Dalam ‘Mistik Kesatuan’, seseorang dalam momen ini mengalami kesatuan dengan Allah, dengan diri sendiri dan dengan segala yang ada. Dalam ‘Mistik Kasih, seseorang ‐ terutama mistikus perempuan ‐ mengalami kasih Kristus sebagai ‘Kekasih’. Kesatuan dan Kasih yang dialami hanya sesaat, sekejap mata. Selanjutnya mengalami keterpatahan dalam kesendirian. Mistik selalu berkaitan dengan Kitab Suci atau Liturgi. Hanya dalam kehidupan para rahib, ada jalan lain yaitu: ‘Selalu Berdoa’ (1 Tes 5, 17). Doa dikaitkan dengan nafas dan dengan denyut jantung. Selama seseorang bernafas dan jantung berdetak, hidup ada doa.
-
Gaya hidup orang Kristen.
Sesuai dengan Khotbah di bukit dalam Injil Matius, seorang pengikut Kristus harus berdamai dengan siapapun (Mat 5: 25). Dalam Injil Markus yang menggambarkan Yesus sedang menyembuhkan, kita diajak datang kepada Dia untuk disembuhkan, dan ia sadar membutuhkan penyembuhan. Dalam bagian kedua injil Markus, Yesus menyembuhkan dunia melalui kehancuran di salib. Kita menerima kematian sebagai jalan kepada kehidupan. Injil Lukas mengajar bahwa kita harus mengatur hal duniawi dengan baik dan dengan tanggung jawab, membantu orang miskin dan tidak lekat kepada hal yang duniawi. Injil Yohanes memberi aksen pada Kasih dalam arti persahabatan. Ciri khas seorang pengikut Kristus adalah Kasih.
Sumber spiritualitas Kristiani adalah pertemuan dengan Kristus. Kita dapat bertemu dengan Kristus dalam Kitab Suci. Dalam Liturgi, kita mendengarkan Kitab Suci; dalam meditasi kita merenungkannya agar RohNya makin merasuk dalam diri kita.
No responses yet