SEJARAH ORDO SALIB SUCI (3B)*

Kfr. Roger Janssen, OSC 

 

 

Penghormatan terhadap relikwi St. Odilia sebelum Revolusi Prancis (Lanjutan)

 

Petrus van Amsterdam adalah seorang anggota Salib Suci di Hoey. Pada tahun 1439 ia menyusun sebuah kumpulan khotbah tentang St. Odilia. Penyusunan kumpulan itu tepat waktu, karena sejak tahun 1410 penghormatan kepada St. Odilia meningkat. Mungkin sekitar tahun 1440 itu tanggal baru dalam kalender liturgi ditambahkan untuk pesta St. Odilia yang pada waktu itu sebenarnya sudah lazim dirayakan setiap tanggal 21 Oktober bersama dengan teman-teman St. Ursula. Tanggal baru untuk Pesta St. Odilia menjadi 18 Juli.

 

Pada masa kepemimpinan umum Henricus van Nijmegen (1433-1451) petilasan (shrine) Odilia secara resmi dibuka tahun 1440 dengan meriah. Henricus telah memerintahkan agar membuat petilasan yang lebih baik di Doornik. Relikwinya dipindahkan dari petilasan dan tempat yang lama ke yang baru. Jan van Hatten hadir dalam perayaan itu sebagai wakil dari para Saudara dari Kehidupan Bersama. Ia menerima satu relikwi St. Odilia dan membawanya ke Deventer.  Pada tahun 1446 Henricus van Nijmegen menempatkan kepala Odilia dalam sebuah petilasan dari perak dan memintanya agar ditaruh pada altar Odilia, di mana sudah sejak tahun 1441 benefisi (benefice,beneficie) dilekatkan.

 

Pada April 1482 kota Hoey dilanda wabah penyakit sampar. Setiap hari empat atau lima orang penduduknya mati. Kendati segala ikhtiar dari para pejabat kota sudah diupayakan, wabah penyakit tetap saja terjadi. Pada permulaan tahun 1483 tidak ada keluarga yang anggotanya tidak mengidap penyakit itu. Sementara itu sudah ada lebih dari 4.000 korban, di antaranya juga terdapat 16 Krosier. Umat mencari penyelesaian dengan doa. Mereka mengadakan prosesi meriah di mana semua imam dan para penduduk Hoey ikut ambil bagian. Di antara relikwi yang diarak, relikwi St. Odilia mendapat tempat khusus. Relikwi itu dibawa oleh enam Krosier. Selama prosesi relikwi itu dibawa menuju ke gereja para Biarawan St. Agustinus. Lalu diteruskan ke gereja paroki, dan dari situ ke gereja biara para Krosier. Di sana relikwi itu tinggal berhari-hari agar umat dapat berdoa memohon perantaraan St. Odilia. Doanya dikabulkan, kata Cornelius van Clotingen sekitar tahun 1485 dalam sebuah buku kecil “Sermo de S. Odilia”, dan kota Hoey bebas dari wabah sampar itu.

 

Dari Hoey devosi kepada St. Odilia pelan-pelan menyebar ke seluruh Ordo. Pastilah sejak akhir Abad XV, Odilia dikenal sebagai santa pelindung seluruh ordo. Para Krosier juga telah menularkan penghormatan kepada St. Odilia di luar Ordo. Secara khusus Odilia dimohonkan bantuan doanya untuk penyembuhan sakit mata. Lebih lanjut para Krosier mencari keterkaitan antara St. Odilia dan Salib Suci: mereka menganggap bahwa St. Odilia menunjukkan devosi besar kepada Salib Suci.

 

Pada tahun 1523 Erard de la Marck, uskup Liege, meresmikan gereja baru para Krosier di Hoey. Tahun 1528 di tempat koor di gereja ini sebuah jendela berkaca-hias dipasang. Di sana digambarkan pemindahan relikwi Odilia dari Cologne ke Hoey.

 

Di masa kepemimpinan Prior-Jenderal Renerus Agustinus Neerius (1619-1648) suatu pembukaan meriah petilasan Odilia berlangsung, yakni pada 13 September 1622. Neerius mengambil relikwi dari petilasan yang diperintahkan oleh Henricus van Nijmegen agar dibuat dan ditaruh dalam dua petilasan yang dihias dengan relief. Sebuah piagam yang indah disusun dan ditulis di balik piagam dari tahun 1440. Pada 17 Juli 1630 petilasan itu dibuka kembali oleh Neerius. Relikwi Odilia itu lalu dipindahkan ke wadah yang baru dan indah. Demikian juga tentang pemindahan ini sebuah piagam resmi ditulis.

 

Seorang Krosier, Johannes Banelius dari Liege, pada tahun 1621 menulis, dalam sebuah buku kecil Gloriosi corporis S. Odiliae Virginis et Martyris …… Translatio, hidup St. Odilia dan menunjukkan mengapa ia menjadi santa pelindung Ordo. Ia menulis buku kecil ini terdorong rasa syukur atas penyembuhan dari sakit berkepanjangan. Ia mengutip antara lain dari dua sumber, yang tidak kita miliki lagi. Menurutnya itulah sumber-sumber tertua tentang sejarah Krosier dan St. Odilia. Yang pertama berjudul Legenda Sanctae Odiliae tempore translationis eius reliquarum Huyum composita. Yang kedua adalah dari karya tangan Hubertus Dinant dari biara Hoey yang berjudul Historica narratio translationis S. Odiliae.

 

Pada tahun 1656 sebuah altar baru dibangun di gereja biara Hoey, yang didedikasikan kepada St. Odilia. Tahun 1752 Prior-Jenderal Lambert Fisen (1741-1778) menyerahkan tiga relikwi dari St. Odilia kepada biara Krosier di Brandenburg.

 

Masa kepengurusan Generalat Jacobus Dubois (1778-1796) adalah masa penuh kesusahan berkepanjangan. Prior-Jenderal ini menyaksikan sendiri melenyapnya hampir semua biara Ordo. Selama tahun-tahun awal Revolusi Perancis yang penuh kekacauan, ia berusaha menyelamatkan beberapa hal. Pada akhir Oktober 1792 ia membawa sejumlah arsip dan harta paling berharga dari biara di Hoey ke biara yang pada masa itu masih aman. Di antara harta itu adalah macam-macam petilasan (shrine) yang terbuat dari perak. Pada November 1793 ia membawa sebuah koper berisi harta itu ke Maastricht. Semua biara itu sejak 1796 ditutup oleh Perancis dan barang-barangnya dijual atau hilang. Banyak lembaran arsip dan juga petilasan, di antaranya petilasan  yang harganya mahal dari Odilia dari tahun 1630, sampai sekarang belum ditemukan kembali. Relikwi St. Odilia sendiri masih ada di Hoey. Relikwi itu dipindahkan ke petilasan lama dari tahun 1292. Setelah biara di Hoey ditutup tahun 1797, relikwi-relikwi itu diambil oleh Lambertus Hayweghen, sekretaris Prior-Jenderal, ke tempat kelahirannya, Borgloon. Pada tahun 1828 ia menyerahkan petilasan dan relikwi itu ke gereja paroki di Kerniel, Belgia. *** [Akan dilanjutkan ke Bag 4A]

 

Nola Edisi 06, November – Desember 2017

***

 

 

SEJARAH ORDO SALIB SUCI (2B)*

Kfr. Roger Jannsen, OSC

 

 

Apakah OSC suatu Ordo pengemis (mendicant)?

Adalah mungkin bahwa para Saudara Salib Suci pada Abad XIII menunjukkan kegiatan seperti dilakukan oleh anggota ordo pengemis. Dapat dikatakan begitu meski kuranglah data yang dibu-tuhkan untuk membuktikannya. Selama Konsili Lyons, 1274, banyak komunitas religius yang baru, tutup karena mereka radikal dalam menjalani ideal kemiskinan dengan cara mengemis dalam rangka menunjang hidup dari hasil kerja tangan. Para Saudara Salib Suci berhasil tidak bubar, karena mereka dapat menunjukkan bahwa mereka adalah sebuah ordo Kanonik regulir.

 

Pada awal Abad XIV para anggotanya mendapat izin untuk mengajar dan mendengarkan pengakuan dosa. Selain itu juga mereka menerima hak untuk setiap tahun pergi melakukan “perjalanan mengemis”, yaitu mengumpulkan derma di gereja dan paroki-paroki untuk membantu orang-orang miskin, orang sakit dan para peziarah. Para rahib pengemis, sejak awal pendirian, memiliki hak-hak itu, sedangkan para Saudara Salib Suci tidak, meskipun beberapa tidak mengecualikan bahwa hak-hak (privileges) yang mereka terima pada tahun 1318 adalah penegasan atas praktek yang sudah lama dijalankan dalam ordo. Dapat terjadi Magister Jeneral (Prior-General)Nicolas de Rochefort (1308-1320) meminta penegasan atas hak-hak itu dari Roma, untuk mengakhiri pemaksaan membayar pajak, yang karenanya Saudara Salib Suci terus-menerus menjadi korbannya.

 

 

Di bawah Bimbingan Huy

Pada puluhan tahun berikutnya mereka mendapat biara-biara baru, tidak hanya di Prancis, tetapi juga di Kekaisaran Jerman. Memperoleh sejumlah hak berakibat memperteguh kedudukan yuridis Ordo, di mana dengan pelan tapi pasti biara Huy-Belgia menunjukkan dirinya sebagai biara utama. Keinginan dari Huy ini mendapat penegasan sementara pada tahun 1317 ketika Ordo menerima hak exempsi (Ordo takluk pada kepada hak Paus dan bukan kepada Uskup setempat). Pada tahun-tahun berikutnya Prior dari biara Hoei perlahan-lahan diakui sebagai Prior Jeneral. Ia dibantu dalam mengurus Ordo oleh seorang Vikaris Jeneral (umpamanya tahun 1326 oleh Prior Doornik) dan oleh dua prior-provinsial: yang pertama untuk biara-biara di Rhineland dan yang kedua untuk biara-biara di Inggeris. Biara-biara lainnya diurus langsung oleh Prior Jeneral.

 

 

St. Odilia sebagai Pelindung?

Tiga belas tahun setelah Konsili Lyon, para Saudara Salib Suci menerima penegasan bahwa mereka adalah ordo yang dilindungi oleh surga. Untuk orang-orang pada Abad Pertengahan perlindung-an oleh seorang santo/a sungguh merupakan jaminan surgawi. Sebuah ordo religius dianggap sungguh benar, memiliki hak-hak untuk hidup dan daya hidup, bila ordo itu terus menjalin hubungan dengan surga. Seperti Kristus telah kembali ke surga, demikian juga ordo harus memiliki seseorang yang  yang telah mendahului dan melaluinya ordo sendiri juga memiliki sesuatu dari surga. Pada tahun 1287 seorang saudara Salib Suci dari Paris, Johanes de Eppa membawa relik dari Santa Odilia ke Hoei. Akan tetapi membutuhkan waktu lama devosinya itu dapat diterima di semua rumah-rumah ordo. Tampak jelas bahwa para Saudara Salib Suci merasa perlu untuk kembali lebih lanjut ke masa lampau, mencari seorang Santo/a, dengan siapa mereka dapat menghubungkan asal-usulnya. Pastilah mereka itu dari ordo St. Agustinus, akan tetapi khususnya sebagai Saudara Salib Suci mereka memilih, diduga sudah sejak Abad XIII, St. Helena sebagai pendiri dan pelindungnya. ***

 

 

 

*Diterjemahkan oleh Kfr. Th. Maman Suharman, OSC