Spiritualitas Kanonik Regulir Salib Suci

 

  • (1.1) Setiap orang yang menjadi anggota Ordo Salib Suci sejak pengucapan kaul pertama dipanggil dengan sebutan ‘Krosier’, yaitu seorang Kanonik Regulir yang berkomitmen untuk mewujudkan panggilan religius berdasarkan nasihat Injil dengan cara khas seperti yang tertulis dalam Konstitusi Ordo Salib Suci. Para Krosier yang telah berkaul kekal disapa dengan sebutan ‘Konfrater’ di depan namanya. Cita-cita para Krosier diinspirasikan oleh Gereja Perdana dan dihayati secara lebih konkret dengan membaca, merenungkan, dan menghayati Kitab Suci, Regula Agustinus, Konstitusi Ordo Salib Suci, dan Tradisi Ordo, serta peka akan kebutuhan Gereja dan masyarakat setempat.

 

  • (1.2) Dalam hidup dan karyanya, para Krosier menghayati Spiritualitas Salib. Spiritualitas ini mengkonfrontasikan para Krosier pada aspek-aspek Salib, yaitu penderitaan dan kemuliaan, kematian dan kehidupan. Para Krosier meyakini sesanti In Cruce Salus, dalam Salib ada keselamatan. Kebangkitan Yesus yang merupakan dasar iman tidak dapat dipisahkan dari peristiwa Salib. Yesus rela merendahkan diri dan taat kepada Bapa bahkan sampai wafat di kayu Salib demi keselamatan manusia. Untuk mewujudkan spiritualitas Salib, para Krosier hendaknya memperdalam lectio divina, liturgi, dan aneka bentuk pendalaman hidup rohani lainnya.

 

  • (1.3) Setiap Krosier dan setiap komunitas dipanggil untuk mewujudkan keseimbangan yang sehat antara tiga pilar kehidupan para Kanonik Regulir, yaitu kehidupan komunitas, liturgi, dan karya kerasulan.

 

  • (1.4) Agar kehidupan religius menjadi vital, doa pribadi dan bersama mutlak perlu. Doa pribadi dan doa bersama tidak lepas dari realitas konkret kehidupan sehari-hari dan kejadian di dalam komunitas Krosier, Provinsi, Ordo, Gereja, masyarakat dunia, dan alam semesta.

 

 

Ordo Salib Suci Indonesia. Statuta Provinsi Sang Kristus. Bandung: Sekretariat Provinsi Sang Kristus, 2014.

 

 

 

 

“In Cruce Salus”

“Cruce Signati”

♦ Semboyan ini secara konstan eksis dalam sejarah OSC, merupakan kekhasan yang sekaligus bersambung dari zaman ke zaman. Sejak awal sejarah OSC, ada pemujaan terhadap Salib Suci.

 

♦ Tradisi OSC memelihara pesta Salib dalam offisi dan Ekaristi sebagai peringatan yang meriah, diwarnai unsur kemenangan dalam salib Kristus.

 

♦ Salib dalam sejarah OSC juga terarah pada kehidupan bersama dalam komunitas yang mendukung setiap pribadi yang tinggal di dalamnya (comunitas bonorum et personarum).

 

♦ Spiritualitas Salib mewariskan 3 aspek dalam kehidupan Krosier: Kultus, Askese, dan Mistik. Dalam kenyataan, aspek ‘kultus’ tampaknya lebih ditekankan dibanding yang lain.

 

♦ Salib adalah peristiwa yang bermakna, layaknya sebuah Pohon Kehidupan. Akan tetapi, para Krosier perlu ‘mengalami’ salib agar dapat membawa orang lain pada keselamatan di dalamnya.

 

♦ Paulus menekankan salib sebagai simbol kemenangan atas dosa dan maut, yakni kasih Kristus yang memberikan diri-Nya dalam ketaatan kepada Bapa, untuk membebaskan manusia. Salib adalah transformasi dari kutuk menjadi berkat (pembebasan).

 

♦ Salib dalam liturgi menjadi objek kultus yang ‘berbicara’ dan menyingkapkan kemenangan atas kematian. Dalam pengertian ini, salib adalah drama seluruh hidup Yesus.

 

♦ Salib adalah “kaki lampu” dan Kristus adalah Lampunya (Agustinus). Ia adalah tempat untuk belajar dari Sang Guru tentang cinta Allah dan semangat kemuridan, dalam kesadaran akan kedosaan manusia.

 

♦ Sebagai lambang solidaritas Allah kepada penderitaan manusia, Salib Kristus mengarahkan Krosier untuk hadir “bagi yang lain” melalui perjumpaan dan kunjungan langsung, baik di komunitas maupun di masyarakat.

 

♦ Sebagai spiritualitas, Salib menginspirasi para Krosier untuk “menyesuaikan diri” dengan cara yang berbeda, dengan sikap heroik (tak mudah menyerah atau mengeluh), ketika menanggapi kesulitan-kesulitan tertentu yang dihadapi setiap zaman.

 

♦ Keselamatan berarti rasa syukur, daya juang untuk bangkit dari keterpurukan. Mewartakan keselamatan dalam salib berarti menawarkan sukacita.

 

♦ Keselamatan yang ditemukan dalam salib juga bermakna eskatologis, yakni kebahagiaan yang masih diharapkan selama hidup di dunia.

 

♦ Sejak berkumpulnya para saudara Salib Suci di abad ke-13 selalu ada keyakinan untuk menandai diri dengan tanda salib yang kelihatan di pakaian.

 

♦ Salib merupakan tanda pengenal yang tertera pada pakaian dan pada nama, tapi terutama di dalam hati. Dalam pengertian ini, ada semboyan dari sejarah: “Salib adalah Penuntunku” dan “Salib Tuhan sungguh-sungguh Oborku”.

 

♦ Sehubungan dengan penegasan identitas sebagai Krosier, tanda salib melambangkan sikap memegang Kristus yang tersalib dalam hati dan pikiran, tanda yang sangat kuat untuk mengusir musuh.

 

♦ Tanda salib adalah gestur (tindakan) yang dikenangkan, peristiwa Kristus yang mengarahkan kehidupan setiap pengikut Kristus, ibarat ‘sumbu’ yang adalah pusat kehidupan doa.

 

♦ Ditandai dengan salib berarti: dilindungi terhadap kuasa setan. Ketika itu dijalani dengan iman, mengenakan salib sebagai pelindung dada artinya melindungi hati dengan kuasa Roh dari dalam hati. Perlindungan ini sudah dimulai sejak pembaptisan.

 

♦ Salib yang dikenakan ialah simbol kuasa yang ada dalam hati umat beriman. Simbol ini juga mendorong seorang beriman untuk melepaskan penderitaan dari mereka yang percaya kepada Kristus.

♦ Salib adalah suatu tanda ‘protes’ terhadap penderitaan, dan karenanya mengingatkan untuk berelasi dengan sesama, khususnya yang menderita, guna menawarkan pembebasan kepada mereka.

 

♦ Tanda salib yang dikenakan mengingatkan para Krosier akan nilai luhur pengorbanan Kristus di tengah dunia yang semakin mengaburkan nilai itu dalam penderitaan yang dialami manusia.

 

♦ Tanda salib ‘merumuskan’ diri seorang Krosier agar melupakan diri (bersikap ‘lepas-bebas’) serta senantiasa mencari dan melakukan kehendak Allah dalam hidupnya.

 

♦ Krosier mengenakan tanda salib sebagai pegangan yang dapat ‘disentuh’ dan dilihat. Ada keunikan dan daya tarik (estetis) dalam bentuk salib (dan jubah) yang dikenakan oleh Krosier dan mempengaruhi kebanggaan dalam tindakan-tindakan kesaksian.

 

♦ Salib yang menandai diri para Krosier mengarahkan pada usaha untuk menyelamatkan diri kita dan sesama. Di sini, tanda salib dipandang sebagai ‘misi’.

 

♦ Mengenakan salib Krosier menempatkan kita sebagai bagian dari tradisi panjang spiritualitas Ordo Salib Suci.