“Ku Dicipta Tidak Sendirian”
(Sharing Pengalaman Kaul Kekal 2020)
Kfr. Vincentius Juan Novelino Mage, OSC
Tanpa Dia, aku tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)
Bagi saya secara personal, pengalaman kaul kekal merupakan peristiwa yang sangat meneguhkan. Pasalnya, saya secara penuh memberikan diri untuk ordo. Pengikraran (pengalaman) kaul kekal ini diawali dengan sebuah tindakan untuk membaktikan diri sendiri, yang dimengerti oleh Roh Kudus, untuk mengikuti Kristus dalam pengabdian-Nya yang total dan bebas kepada Bapa dengan menghayati ketiga nasihat Injil, yakni ketaatan, kemiskinan, dan kemurnian. Penghayatan tersebut telah dimulai sejak tahun 2015 ketika saya mengikrarkan kaul perdana. Oleh karenanya, rumusan kaul kekal yang saya ucapakan pada 28 Agustus 2020 menjadi pernyataan yang mendalam untuk menghidupi kaul secara utuh (penuh) selama seumur hidup (“sampai mati”).
Saya menyadari secara sungguh bahwa di satu sisi kaul merupakan rahmat dari Allah yang begitu besar dalam asas satu kesatuan (unitas) untuk menghadirkan peran Dia yang begitu besar di dalam sebuah proses perjalanan hidup panggilan. Jadi, sejatinya kaul merupakan rahmat yang membebaskan. Di sisi lain, kaul juga merupakan kehendak bebas atas sebuah pilihan hidup yang harus dipertanggung jawabkan dengan menitik beratkan pada komitmen, konsistensi dan konsekuensi sebagai suatu hal yang harus diterima dalam hidup sebagai Crosier. Dengan demikian, saya menyadari kaul sebagai motivasi bagi saya pribadi untuk senantiasa memelihara dan menumbuh kembangkan relasi dengan Allah lewat doa dan refleksi secara mendalam.
Agaknya saya tidak perlu berbicara panjang lebar terkait dengan permenungan saya dalam sharing ini, karena peristiwa kaul yang saya rayakan dan alami berbeda dengan perayaan kaul pada tahun-tahun sebelumnya. Berbeda tempat, waktu, jumlah umat yang hadir, dan juga terjadi dalam situasi dan kondisi dalam masa covid-19. Akan tetapi, saya pribadi bersyukur karena, walaupun dalam terjadinya masa covid-19, misa perayaan kaul tetap berjalan dengan lancar dan bisa diikuti oleh seluruh umat di mana pun mereka berada karena ditayangkan oleh tim Komsos Keuskupan Bandung melalui live streaming di youtube. Saya kira ini menjadi pengalaman perdana bagi saya pribadi, salah satu rekan Konfrater, dan di dalam Ordo Salib Suci. Karena, baru saya dan Kfr. Yung yang perayaan kaul kekalnya ditayangkan dan diabadikan oleh Komsos Keuskupan Bandung di youtube Ordo Salib Suci.
Dalam sharing singkat ini pula, saya tersadarkan bahwa kaul kekal bukanlah titik final (akhir) dari semua proses kaul yang dialami dalam formasi. Tidak bisa dikatakan seolah-olah yang telah mengikrarkan kaul kekal sudah pasti bisa mempertahankan janji itu sampai mati. Banyak pengalaman yang menunjukan bahwa janji itu bisa dibatalkan. Akan tetapi, lebih banyak lagi pengalaman yang menunjukan bahwa janji itu bisa diperjuangkan hingga akhir hayat (sampai mati). Oleh karena itu, meskipun secara formal janji itu telah diikrarkan dalam misa, saya merasa ada baiknya supaya janji ini selalu diingat, bahkan kalau perlu dideklarasikan dalam batin secara personal, sambil terus bersiap sedia akan “kejutan” yang Allah persiapkan bagi hidup saya secara personal.
Tentu, dalam menghayati kaul saya tidak sendirian, melainkan ada bersama saudara-saudara seiman dan sepanggilan, yang ternyata menghayati kaul yang sama, atau lebih tepatnya juga memperjuangkan komitmen yang sama dengan yang saya ikrarkan dalam hidup ini.
Saya berharap semoga saya tetap setia selama-lamanya untuk bertanggung jawab atas pilihan hidup ini dengan menyadari peran Allah yang setia hadir bersama saya dalam suka dan duka. Sebab, tanpa Dia, saya tidak dapat berbuat apa-apa. Saya pun yakin bahwa saya tidak sendirian melainkan ada sesama yang senantiasa hadir bersama saya dalam komunitas Ordo Salib Suci dan sesama yang lain (orang tua, kakak-adik, para mitra, sahabat Crosier, dan saudara-saudari). Oleh karena itu, saya pribadi mempunyai sebuah kata-kata yang sangat memotivasi saya dalam hidup panggilan, yakni “Hidup bersama = Satu….” Maksudnya adalah “Satu Hati, Satu Tekad, dan Satu Tujuan”. Semoga tulisan ini dapat menguatkan kita semua untuk menyadari peran Allah dan sesama yang begitu kuat hadir bersama kita dalam kehidupan secara khusus sebagai Crosier.
In Silentio Et Spei Fortitudo Mea Est (Dalam Keheningan dan Pengharapan Disitulah KekuatanKu)†
No responses yet